Rabu, 27 Juli 2011

Mobil Antar Jemput


  Mobil  jemputan
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Aku segera bangun. Karena hari ini,  18 Juli,  aku berangkat ke sekolah lebih pagi. Biasanya pukul  7.30  aku baru berangkat, sekarang pukul  7 tepat aku sudah harus pamitan pada orang tua.
Soalnya, mulai hari ini, kami diantar jemput oleh mobil sekolah.  Soalnya lagi, sekolah kami agak jauh. Kata ibuku yang pernah ke sekolah baruku, jaraknya kira-kira 10 sampai 15 menit perjalanan memakai  kendaraan sepeda motor atau mobil.
Tepat jam tujuh pagi, ayah  mengantarkan aku ke halaman kolam renang, dekat Masjid Al-Jihad, tempat yang ditentukan bagi kami untuk berkumpul menunggu.
Ketika aku masih dijalanan, aku melihat mobil jemputanku baru saja lewat dari jalan tembus Paliwara. Mobilnya berwarna putih. Nomornya DA 1852 TC. Ada tulisan “Ihsanul Amal”  di kaca depannya.


IMG0641A.jpg

Tidak berapa lama, karena jaraknya dekat saja, akupun sampai ke sana.  Ketika aku sampai ternyata sudah ada beberapa orang temanku bersama orang tuanya yang sudah lebih dahulu menunggu. Akupun segera pamit pada ayahku untuk segera masuk ke mobil. Aku masuk bersamaan dengan temanku Abdus Salam.
Dari dalam mobil aku melihat ayahku tidak langsung pulang, melainkan berbicara dengan orang tua murid yang lain. Ketika mobil berangkat, barulah ayahku juga pulang.

Jadi Wakil Ketua Kelas


JADI WAKIL KETUA KELAS

Hari pertama dan kedua di sekolah yang baru, kami belum belajar. Sebab ada acara MOS atau ta’aruf. Kegiatannyapun dilaksanakan di Mushalla sekolah. Sebab sekolah kami yang baru belum selesai seluruhnya. Masih ada yang harus diperbaiki. Terutama untuk lantai dan pagar di tingkat 2.
Dalam acara ta’aruf (perkenalan) tersebut, aku di suruh ustadz untuk pertama kali  memperkenalkan diri. Sebab, Fadhil yang pertama kali di suruh tidak mau, lalu ustadz menunjuk diriku. Akupun segera maju untuk memperkenalkan diri.


Di samping itu, pada hari kedua, kami juga memilih pengurus kelas. Aku dipilih menjadi wakil ketua kelas. Sedangkan ketua kelasnya adalah  Muhammad Zaki. Adapun Bendahara adalah Nastiti.
Wali kelas IV  sekarang adalah Ustadzah Mutmainnah. Anak beliau juga bersekolah di SDIT Ihsanul Amal tetapi baru kelas II. Namanya adalah Abdullah Azzam. Dia juga sewaktu di TK  bersekolah di TK yang sama denganku yaitu di TK Darul Muallafin, Al-Ma’arif, Amuntai.

Puasa Nisfu Sya'ban


PUASA  NISFU  SYA’BAN
Hari  ini, Minggu 17 Juli, aku Insya Allah akan kuat berpuasa  sunat  nisfu sya’ban. Kata ibuku, puasa nisfu sya’ban ini ibarat berlatih terlebih dahulu sebelum puasa sebenarnya yang wajib di bulan Ramadhan nanti.
Seeperti pada tahun sebelumnya, pada malam nisfu sya’ban langgar  sangat penuh.  Semua orang,  termasuk anak-anak dan perempuan juga pergi ke langgar. Aku melihat  di antara mereka ada yang membawa air ke langgar. 
Di rumah aku bertanya kepada ayahku apakah juga membawa air. Ayahku bilang yang membawa nanti adalah ibuku. Jadi ketika ke langgar  kami tidak membawa air  untuk dido’akan.
Setelah selesai shalat Maghrin di langgar Syi’arul Muslimin, ayahku segera  mengajak aku ke langgar Baiturrahman, dekat rumah kakekku,  yang jaraknya hanya kurang lebih 50 meter dari langgar Syi’arul Muslimin.


IMG0644A.jpg       IMG0643A.jpg


Di langgar Baiturrahman, kami shalat Hajat berjama’ah lalu membaca surah Yasin 3 kali secara bersama-sama. Setelah itu baru shalat Isya juga berjamaah.
Yang unik, di langgar Baiturrahman ini,  dimalam nisfu sya’ban sehabis shalat Isya para jamaah diberi  nasi  masing-masing satu bungkus. Aku dan ayahku juga dapat satu bungkus.
Dan ketika pulangnya singgah di rumah kakek, aku diberi kakek lagi  1 bungkus. Jadi kami dapat  3  bungkus. Sepulang ke rumah nasi tersebut langsung kami makan secara bersama-sama dengan ibu dan kakak serta adikku.

Kakek Sepupu Meninggal


KAKEK  SEPUPUKU  MENINGGAL
Baru saja hari kamis kemarin aku ke Awayan untuk mengunjungi datunya Fadhil yang meminggal dunia. Dan sekarang, Sabtu, 16  Juli  aku kehilangan kakek lagi. Meskipun hanya kakek sepupuku.
Aku mendengar berita itu dari orang tuaku. Acilku yang di Paringin meng SMS  ibuku memberitahukan  bahwa kainya Ihya dan Maitsa meninggal dunia. Ihya dan Maitsa rumahnya di Paringin. Dan ketika aku ke awayan dulu melewati rumahnya meskipun kami tidak singgah, karena orangnya tidak ada di rumah.


keluarga tante net.jpg

Rumah kakeknya Ihya dan Maitsa adalah di Kebun Sari tepatnya di gang Bambu. Berseberangan dengan langgar yang belum selesai di ba ngun.
Ayah dan ibuku pergi ke sana. Aku dirumah saja menjaga adik. Sebab, kata ayah, kakeknya Ihya  akan dikuburkan di Banjarmasin.  Jadi selesai  dimandikan,  lalu di shalatkan  kemudian langsung di bawa ke Banjarmasin.

Pergi Ke Awayan


PERGI  KE AWAYAN

Sore  Rabu, kakaknya Fadhil menelpon ibuku, mengabarkan kalau datunya yang di awayan meninggal dunia.
Setelah mendengar  berita tersebut, ibuku langsung memberitahu keluarga yang lain.  Setelah bermusyawarah akhirnya diputuskan untuk berangkat ke awayan memakai mobil ayahnya Riza, pamanku yang tinggal di Tanjung.
Karena datunya Fadhil dikuburkan pukul 10, maka diputuskan untuk berangkat kesana pukul setengah delapan pagi.
Karena masih liburan sekolah, maka aku diajak ibuku untuk ikut ke awayan. Adapun yang ikut ke awayan adalah ibuku, aku, ghina, uwa laki dan uwa bini, abahnya fadhil  serta kainya Riyan.
Dalam perjalanan ke Awayan, aku juga melewati rumah sepupuku yang tinggal di Paringin. Namanya Ihya dan Maitsa. Tapi kami tidak singgah.
Sepulang dari Awayan, ketika  melewati Pasar Amuntai, aku dan ibuku  turun untuk berbelanja. Kebetulan hari Kamis adalah hari pasar, jadi banyak sekali orang berjual beli  di pasar.  Ghina sebenarnya mau ikut turun, tapi tidak jadi  karena langsung diantar ke rumah bersama yang lainnya.

Melihat Al-Qur'an Kuno


Melihat  al-qur’an  kuno

Aku ingin menceritakan pengalamanku yang paling berkesan. Yaitu ketika aku bersama dengan teman-temanku di SDIT  Ihsanul  Amal  mengadakan kegiatan  belajar di komplek Mesjid Raya “At-Taqwa”  Amuntai.
Dalam kegiatan  di sana, kami  bersama-sama melihat Al-Qur’an Kuno  yang usianya sudah ratusan tahun. Kami hanya dapat melihatnya, tidak dapat menyentuhnya, karena Al-Qur’annya  berada didalam kotak kaca yang sangat besar.


16-5-2009-nasAlquran.jpg

Sepulang  ke rumah, aku menceritakannya kepada ayah. Tapi ayah rupanya sudah lebih dulu melihatnya. Lalu ayah menceritakan, kalau al-Qur’an tersebut  dibawa oleh Khairil Ihsan yang pernah  berguru kepada seorang Habib. Khairil Ihsan ini, kata ayahku, berkeluarga dengan nininya Rahmah dimana aku mengaji  setiap hari sepulang dari sekolah.
Aku kagum melihatnya. Kertasnya sangat besar. Tulisan arabnya juga sangat  rapi,  ditulis dengan tangan lagi.  Aku benar-benar terkesan.

Main Ayunan Tali


MAIN  AYUNAN  TALI

Seperti  yang aku ceritakan dahulu, bahwa halaman rumahku sudah kelihatan tanahnya. Sehingga ada tempat untuk kami dapat bermain. Sebab di musim penghujan, air sungai bertambah dalam sehingga kadang sampai  ke kolong bawah rumah kami. Jadi selagi masih surut, kami dapat bermain sepuasnya ditempat tersebut.
Kami bermain apabila harinya tidak terlalu panas. Sebab bila kami bermain  diwaktu hari  masih panas, orang tuaku pasti menegor.  Aku disuruh naik atau disuruh mencari tempat yang naung.
Ketika air sungai surut inilah, orang tuaku membuatkan titian agar mudah turun ke “batang”  apabila air  sudah mulai dalam. Yang membuatkannya adalah tetangga kami sendiri, namanya Alfi. Nah dibawah titian itulah pamanku, atau abahnya Ghina memasangkan kami sebuah ayunan dari tali.


IMG0634A.jpg

Banyak sekali yang mencoba menggunakannya. Ita, Ghina, Syahrin dan lain-lainnya saling bergantian. Aku juga pernah. Dan akupun juga pernah terjatuh ketika menggunakannya. Tapi kami senang ……

Keliling Naik Mobil


KELILING  NAIK  MOBIL

Beberapa waktu yang lalu kami berkeliling naik mobil.  Adikku Adzkia Amira juga ikut. Adikku kelihatannya senang sekali. Adikku duduk dimuka bersama dengan ayahku. Sedangkan aku, Ghina dan Syahrin duduk dibelakang.
Kami diajak oleh ibuku untuk mengambil   jendela   rumah yang sudah dipesan sebelumnya. Kebetulan jendela rumah kami  sudah ada yang dimakan rayap, sehingga perlu diganti, agar kembali  kuat dan kelihatan rapi.


IMG0629A.jpg

Kebetulan pamanku yang di Tanjung  datang,  jadi  kata  ibu  pesanan jendela yang sudah jadi  dapat dibawa pakai mobil.
Kami segera berlarian untuk cepat naik ke dalam mobil. Di dalam mobil  kami  berbicara macam-macam. Sedang adikku yang duduk di muka bersama dengan ayah, sekali-kali memanggil nama-nama kami. Kadang dia duduk, kadang berdiri lagi.
Sesampainya ditempat yang dituju yaitu di Candi, kamipun turun sebentar. Ayah dan pamanku yang mengangkat  jendela itu ke dalam mobil. Sebelumnya, ayahku juga sempat memotret kami berempat didalam mobil. Lihat gaya kami, keren khan……

Rabu, 13 Juli 2011


Kembali ke sekolah

Liburan  sebentar  lagi  berakhir. Saatnya  kami  akan  kembali ke sekolah.  Banyak  yang  kami  lakukan  selama  liburan.   Terutama sekali  aku  dapat  bermain  bersama  dengan  teman-teman  dari lain  sekolah.  Sebab  bila  turunan  sekolah,  waktu  untuk aku bermain  dengan  teman-teman  di sekitar  rumah  hampir  tidak ada.  Habis  sepulang  sekolah  selalu  kelelahan . Setelah  itu   aku  juga  harus  belajar  mengaji  2 kali.
Aku  senang  sekali  liburan kali ini air sungai  surut.  Halaman  rumahku  sekarang sudah  kelihatan  tanahnya.  Dan sekarang   sudah  kering  dan  sudah  pula  ditanami  beberapa  jenis sayuran.
Di  halaman  itulah aku bermain  dengan  teman-teman  di sekelilingku.  Pamanku  membuatkan   ayunan .  Banyak  yang  ingin mencobanya.  Ada juga kegiatan kami yang lain, yaitu   main  corat-coret di tanah, membersihkan  sampah  dan  membakarnya.



Sekarang  liburan  tinggal  beberapa  hari  lagi.  Saatnya   aku bersiap-siap  untuk  kembali  bersekolah.  Ayah  dan  ibuku  sudah membelikan   aku  buku-buku  dan  alat-alat  belajar   lainnya.
Aku  berjanji  untuk   belajar  sungguh-sungguh.  Aku  tidak  ingin  tertinggal  kelas.  Aku  ingin  rankingku  di  kelas  IV  nanti  menjadi  lebih  baik.  Kata   orang  tuaku,  aku  pasti  bisa .

TULISANKU SEMAKIN BAIK
Beberapa waktu yang lalu, ketika aku berbersih-bersih kamar di atas loteng, aku menemukan tas yang sudah lama aku cari-cari. Tas tersebut adalah tas sekolah ketika aku masih di TK dan  Madrasah kelas I.
Rupanya ayahkulah yang menyimpannya di loteng. Ayahku memang sekali menyimpan catatan-catatan apa saja, terlebih bila berbentuk buku. Kata ayah catatan atau buku itu nanti akan ada gunanya juga.
Aku cepat membuka isi tas tersebut. Eh ternyata isinya adalah hasil coretan atau gambaran semasa TK. Juga buku-buku berisi tulisanku sewaktu kelas I Madrasah.
Aku lalu membandingkannya dengan tulisanku yang sekarang. Jauh sekali bedanya. Kalau dulu tulisanku turun naik, tapi sekarang sudah mulai teratur.
Tidak lama kemudian, ayahkupun berkata : itu artinya kita telah belajar. Dan apabila kita terus berlatih maka kita akan jadi lebih baik.


Ayah lalu  mencontohkan, kalau dulu aku tidak bisa membaca  sekarang sudah bisa, dulu tidak baik tulisannya sekarang sudah mulai rapi, kalau dulu tidak sanggup menghafal kini sudah beberapa surah yang kuhafal. Dan kalau sekarang masih malu-malu dan kurang berani suatu saat pasti tumbuh rasa percaya diri. Semua bisa terjadi karena kita mau  terus belajar.

TANGANKU  KENA  API
Setiap  sore  selama  liburan  ini  aku  selalu  bermain  di halaman   rumah   yang  tidak  lagi  terendam   air  sungai.  Ada  saja  kegiatan  yang  kami  lakukan.  Lebih  sering  kami   mengorek-ngorek   tanah  dan  membakar  sampah.
Akibat  terlalu  sering  bermain  api  itulah  tanganku sampai   “luyuh”   terkena   api. Untung  tidak terlalu parah . Tapi cukup  sakit  rasanya.  Apalagi  setelah  kena  api  tersebut, keesokan  harinya  tanganku  menggelembung, dan  kulihat didalamnya  seperti  ada  air.


Ibuku  cepat bertindak,  ibuku  kemudian   meminta   obat  betadin  dan   obat  luyuh  kepada  mamanya  Ghina,  yang tinggal  di  sebelah  rumahku. Nama obatnya adalah “Bio Placenta”. Sekali  saja  mengolesnya,   tanganku  yang  “luyuh”  sudah  mengering.
Menurut  ayahku,  dilihat  dari  namanya,  obat   oles  tersebut   dibuat  dari  tali  pusat   bayi   yang  baru  dilahirkan.
Akibat  kejadian  itulah  aku  akan  lebih  hati-hati  lagi bila  berhadapan  dengan  api……

HADIAH NAIK KELAS
Kenaikan kelas tiba. Alhamdulillah aku naik ke kelas IV. Aku masih belum bisa meningkatkan prestasi belajarku. Hal itu terlihat dari  nilai yang aku dapat yaitu ranking ke-10 dari seluruh siswa.
Padahal aku sudah belajar dengan baik. Kata ayah, mungkin  daya tangkapku terhadap pelajaran masih belum berkembang. Ayah berjanji untuk membelikan aku sebuah papan tulis besar, agar nanti dapat belajar bersama di papan tulis.
Di samping itu, oleh orangtuaku aku juga dibelikan sebuah Hand Phone (HP) merk Crooss. Aku senang sekali, karena didalamnya banyak game atau permainannya.

IMG0624A.jpg


Aku dibelikan HP tersebut karena sekolahku nantinya akan jauh yaitu di Alabio. Kalau diperbolehkan dibawa ke sekolah, aku jadi mudah menghubungi ayah dan ibu bila terjadi sesuatu. Kalau tidak diperbolehkan, ya cukup dipergunakan di rumah.
Terima kasih ayah, terima kasih ibu ….

PERGI KE PAGAT
Ulangan semester genap telah selesai. Tinggal menunggu waktu untuk menerima buku raport. Selama menunggu, sekolah kami di SDIT Ihsanul Amal , selama seminggu, mengadakan berbagai kegiatan diantaranya lomba menghias roti, lomba  ketangkasan membawa kelereng dan mengisi air, lomba tarik tambang, lomba cerdas cermat, makan rujak bersama, bakar jagung dan tempe, serta nanton bareng film anak Islami.Sangat menyenangkan sekali.
Tapi tanggal  18 Juni tadi, aku diajak ibuku pergi berwisata ke Pagat. Kebetulan hari sabtu tersebut sekolah kami libur. Aku senang sekali. Kebetulan aku juga belum pernah ke sana.
Sebenarnya rekreasi ini adalah acara di sekolahan ibuku. Pesertanya adalah  semua siswa/siswi kelas 6 MIN Jumba. Aku diajak karena aku kan juga pernah bersekolah di madrasah tersebut.
IMG0084A.jpg


Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Aku melihat ayah dan ibuku sibuk  membungkusi nasi dan lauk pauk untuk makan siang di tempat tujuan. Dan akhirnya, pada jam setengah sembilan, mobilpun datang menjemput kami di rumah.
Sungguh indah sekali pemandangannya. Meskipun suasananya panas tetapi hawanya cukup segar. Banyak terdapat batu-batu besar dan ada juga gua disana.
Namun aku sangat menyesal sekali. Aku lupa membawa baju ganti untuk mandi. Dari pada basah, akupun hanya melihat teman-teman mandi dengan senangnya dari atas bebatuan….

MENANAM  BIBIT

Aku paling senang jika diajak berkebun. Aku senang sekali melihat proses tumbuhnya suatu tanaman. Mula-mula  dari sebuah biji, lalu tumbuh tunas, kemudian timbul daun, dan lama-kelamaan akhirnya menjadi besar dan berbuah.
Seperti kemaren, aku bangun cukup pagi. Aku kemudian pergi kemuka rumah ternyata ibuku sudah berada di halaman rumah menanam bibit tanaman. Tidak berpikir lama, akupun segera turun untuk ikut menanamnya.
Banyak bibit sayuran yang ditanam oleh ibuku. Di antaranya adalah terung panjang dan terung bulat, ada lombok, ada juga tomat dan biji  kacang panjang. Setelah semua bibit ditanam, kemudian giliran ayah yang menyiram dan memagarinya.



Aku tidak sabaran untuk melihat hasilnya. Kata ayah, aku harus menunggu 3 sampai 4 bulan lamanya, baru hasilnya bisa dipetik. Waduh lama sekali ya ! Tapi tak apalah yang penting hati senang …..
KE GAME TANPA IZIN

Bulan lalu aku sempat membuat panik kedua orang tuaku. Soalnya mulai sepulang sekolah sampai lewat waktu ashar aku belum juga kembali ke rumah.
Sebenarnya aku sudah minta ijin pada ayah untuk berbelanja dan ayahpun mengijinkan. Tapi aku tidak memberitahu ayah dan ibuku kalau aku kemudian ke warnet untuk main game. Itulah tindakanku yang paling mencemaskan kedua orang tuaku. Mereka khawatir kalau-kalau aku dibawa atau diculik orang tidak dikenal. Sebab sepupuku yang bernama Ahmad Redhani pernah diculik selama beberapa hari ketika dia masih duduk dikelas IV. Jadi wajar kalau mereka khawatir.
Kata ayah, bahwa ibuku sangat gelisah sekali saat aku lewat ashar tidak juga pulang. Ibu kemudian menyuruh ayah untuk mencari aku sampai ketemu.
Menurut ayah, setelah selesai shalat ashar di langgar, ayah dan ibuku langsung mencari aku. Tempat yang pertama kali di tuju adalah rumah kakek, tetapi tidak ada. Lalu kerumah zaki ditepi sungai, juga tidak ada. Ayah kemudian berbalik ke TPA kalau-kalau aku ada disana, tetapi juga tidak diketemukan.
Menurut ayah, sepanjang jalan selama mencari do’a selalu dipanjatkan agar aku segera kembali ke rumah. Katanya ayah juga mencari aku ke jalan tembus, water boom dan ke lapangan sepak bola kalau-kalau aku ikut teman-teman main sepak bola.
Dan ketika aku kembali, mereka senang sekali. Aku dinasehati oleh ayah dan ibuku untuk tidak mengulangi lagi kejadian seperti itu. Kata mereka, kalau pergi minta ijin berbelanja, ya untuk berbelanja. Jangan kemudian main game tanpa ijin lagi.
Tapi kalau aku minta ijin pasti tidak diijinkan…..
Tapi kalau aku tidak minta ijin pasti mereka mengkhawatirkan keadaanku……

TERNYATA DARI USUS MARMUT

Alhamdulillah aku sudah di sunat. Kalau tidak salah aku dikhitan (disunat) sesudah tamat dari TK. Tepatnya ketika aku sudah kelas I Madrasah. Aku dikhitan disaat liburan sekolah.
Kata ayah, semua muslim semenjak Nabi Ibrahim as. Melakukan khitan. Tujuannya, disamping melaksanakan perintah agama adalah juga untuk kesehatan.
Aku ingat ketika di sunat dulu, aku tidak menangis. Bahkan, aku berani melihat sendiri bagaimana mantri memotong “burungku”. Pertama-tama aku dibaringkan di ruang tengah. Kepalaku diganjal dengan bantal. Jadi aku sangat jelas melihat bagaimana burungku dipotomg.
Orang yang menyunat aku adalah tetanggaku sendiri. Namanya Rusmanadi. Beliau bekerja di RSU Pembalah Batung Amuntai. Orangnya baik dan bisa menghibur, sehingga aku tidak takut.
Ketika burungku mau dijahit, tiba-tiba kudengar ayah bertanya pada beliau. “ kalau dulu dijahitnya pakai benang, wayah ini (sekarang) pakai nilon ya” ,tanya ayahku.
“Bukan,” jawab mantri, “benangnya ini terbuat dari usus marmut”, katanya lagi.
Ayahkupun bercerita kalau dulu  burung yang habis  dikhitan dijahitnya pakai benang, dan bila luka bekas jahitannya mengering baru benangnya mulai dilepaskan secara perlahan.
“Untungnya memakai benang dari usus marmut apa ?” Tanya ayahku.
“Keuntungannya karena benangnya tidak perlu dilepas lagi sebab secara alamiah akan menyatu menjadi daging”, Jawab mantri.
Akibat kejadian itulah ayahku sering menggoda aku dengan mengatakan aku sahabatnya marmut. Marmut adalah sejenis kelinci. Tapi ada juga yang mengatakan  bahwa marmut itu ya kelinci…..