Jumat, 22 April 2011


SDIT KU  MAU PINDAH KE ALABIO

Sebenarnya sudah lama rencana kepindahan SDIT Ihsanul Amal ini diketahui oleh ayah ibuku. Mereka mengetahuinya  melalui FSOG (Forum Silaturrahmi Orang tua dan Guru) yang diadakan setiap 3 bulan sekali. Tapi aku tetap memberitahu mereka.
 Rencananya kata ustadz dan ustadzah di sekolah, mulai tahun ajaran  baru  2011/2012 ini,  sekolah kami akan pindah ke Alabio. Gedung sekolahnya sudah siap untuk ditempati. Letaknya di kompleks Pondok Pesantren Al-Ihsan, Sungai sandung Alabio.
Kata ustadz dan orang tuaku di rumah, nanti kami akan diantar dan dijemput menggunakan bus sekolah. Tapi aku tidak tahu dimana nantinya kami berkumpul untuk bersama-sama diberangkatkan ke sekolah. Lalu pulangnya kami diantar kemana.
Kata ayahku di rumah : “Lihat saja dulu bagaimana proses antar jemputnya. Lancar atau  tidak ?”
“Apabila lancar bagaimana ?” kataku mencoba bertanya.
Bila lancar, kata ayahku sebaiknya aku terus saja sekolah di SDIT tersebut. Tapi bila tidak lancar, dan  aku pulangnya selalu kelelahan dan banyak keluhannya, kata ayahku ada baiknya untuk mencari sekolah yang dekat saja, yaitu di SD dekat terminal atau di SD dekat kantor kelurahan Paliwara.
Kalau aku sih terserah orang tuaku saja. Terus di SDIT juga tidak apa. Pindah ke sekolah lain juga tidak apa. Yang penting aku akan terus bersekolah. Aku ingin pintar…… aku ingin jadi orang besar yang benar.

MEMBUAT  KUE  LEMPENG

Sore ini kenapa perutku lapar sekali. Padahal  tengah hari tadi di sekolah aku makan dengan lahap. Lauknya adalah ayam goreng kentucky kesukaanku.
Aku minta uang sama ayah ingin belanja di luar, tapi ayah tidak mau karena hari masih hujan. Akupun kemudian minta kepada ibu untuk membuatkan kue lempeng, tapi ibu juga tidak mau karena sibuk mengerjakan sesuatu.
“ Malam kaena haja (malam nanti saja)” kata ibuku.
Tapi aku tidak tahan dengan perutku yang terasa lapar. Akupun ingin mencoba sendiri membuatnya. Namun ayah ibuku melarangku membuat sendiri. “Nanti kebakaran”, kata ibuku lagi.
Akhirnya ayahkulah yang membantu aku membuatkan kue lempeng. Ayah menyuruh aku untuk mengambilkan tepung. Akupun segera mengambilnya.
“Masukkan tepung kedalam mangkok, kemudian tambahkan sebutir telur lalu tambahi garam sedikit dan gula 3 sendok’ “ kata ayahku.
“Setelah itu diapakan ?” tanyaku
“tambahkan sedikit air lalu aduk yang rata” jawab ayah
Setelah semuanya telah aku lakukan, kulihat ayah menyalakan kompor dan mengambil teflon. Setelah memanaskan teflon sebentar ayahpun memerintahkan aku untuk memasukkan adonan secara perlahan dan hati-hati kedalam teflon tersebut.
Tidak berapa lama, mungkin hanya 2 sampai 3 menit, kue lempeng kegemarankupun  masak.


                           
Aku kemudian memotongnya menjadi beberapa bagian. Ayah dan ibuku serta kakak dan adikku juga dapat bagian. Kami kemudian memakannya bersama-sama.
Akhirnya perutku tidak lagi terasa lapar. Besok kalau aku lapar, aku bisa membuat kue lempeng sendiri.Sebab aku sudah tahu cara membuatnya. Hem….enak….

LAMBANG  SDIT  IHSANUL AMAL

Dari sekolahan aku mendapatkan selebaran penerimaan murid baru  SDIT  IHSANUL  AMAL  untuk ditempelkan ditempat-tempat yang banyak orang.
Sepulang sekolah, kulihat jam dinding di rumahku menunjukkan jam setengah tiga. Aku langsung memberitahukannya kepada ibuku.
“Ma, tempelkan ma lah kaena (nanti)  ! Di mana kah ?” kataku dalam bahasa keseharian.
“Eh kaena (nanti) di tempat fotocopy Azidan” kata ibuku.
Esok harinya, ketika aku mau berangkat ke sekolah dan ibuku mau mengajar, kami singgah sebentar di toko fotocopy untuk menempelkan pengumuman tersebut. Setelah ibuku minta izin, kamipun menempelkannya ditempat yang sekiranya dapat dibaca orang.
Dari selebaran itu, aku tertarik dengan lambang yang ada tulisan SDIT Ihsanul Amal.


Ayahku bilang itu namanya adalah logo. Kata ayahku, biasanya setiap organisasi, perusahaan dan lain-lain ada lambang atau logonya. Tujuannya adalah sebagai pengenal atau ciri khas tertentu.
Ternyata lambang itu ada juga artinya. Aku tidak menyangka. Untung ayah selalu memberi tahu aku.

MENCARI  DATA  DI  INTERNET

Beberapa waktu lalu kami mendapat pekerjaan rumah mengenai pengaruh  bentuk bumi. Kami disuruh mencarinya dimana saja. Di buku boleh, di internet juga boleh.
Aku melapor pada ayah bahwa mendapat tugas  mengamati pengaruh bentuk bumi terhadap cuaca, bentuk rumah, pakaian dan mata pencaharian manusia.
Aku memohon pada ayah untuk mencarikannya di internet. Dan ayah setuju untuk memasangkan modemnya. Maka aku dan ayahpun mencarinya.
Ternyata banyak sekali data pelajaran di internet. Ayah meringkaskannya untukku dan selanjutnya aku sendirilah yang menjawab dari hasil ringkasan ayah tersebut.


Ayah ingin mengajari aku untuk bisa menemukan sendiri jawabannya. Makanya aku disuruh memikirkan terlebih dahulu jawabannya, kemudian baru meminta periksa kepada ayah.
Kata ayah, kalau  kita selalu bertanya apa jawabannya, maka kita  akan lambat bisa. Tapi kalau kita berfikir dahulu sebelum menjawab, maka kita akan cepat mengerti
RINDU BERKEBUN

Sudah beberapa tahun ini air sungai di depan rumahku selalu dalam. Meskipun tidak sampai terlalu dalam hingga menggenangi kolong rumah. Aku jadi rindu berkebun.
Soalnya kalau air sungai surut biasanya kelihatan tanah di bibir sungai. Di tanah di halaman rumah itulah biasanya ibuku berkebun. Ingat hal itu aku jadi senang. Tapi cuaca kadang hujan kadang panas. Ketika sudah mulai surut, ternyata datang lagi hujan berturut-turut dengan lebat, maka airpun kembali dalam. Begitu terus selama beberapa tahun ini.
Bila air sungai surut, biasanya ibuku menanam terong, lombok, bayam, jagung dan tidak ketinggalan singkong. Aku senang sekali bila disuruh membersihkan halaman kebun. Apalagi bila tanamannya tumbuh subur.
Ibuku biasanya memetik daun singkong, bayam, lombok dan terung secara bergiliran. Lumayan kata ibu tidak membeli sayur. Terkadang tetangga juga kami beri hasilnya.
Hasil kebun dipetik semua apabila air sungai sudah kembali dalam. Bila hal itu terjadi, biasanya ayahlah yang bertugas mencabut batang singkong yang mulai terendam air untuk diambil umbinya (gumbili).
Pokoknya aku rindu berkebun. Andai saja air segera surut …..

              TEMAN-TEMAN SEWAKTU DI MIN JUMBA

Suatu hari, aku pernah diajak ibuku untuk melihat acara lomba Pildacil (Pemilihan Da’ i  Cilik) di Aula Banua Kita, diseberang Masjid Raya. Ternyata yang ikut serta terdapat temanku waktu di  MIN JUMBA,  Namanya Mayyadah.
Karena itulah aku  jadi teringat akan teman-temanku tersebut. Sebenarnya, sejak pindah sekolah ke SDIT  IHSANUL  AMAL  aku tidak pernah lagi bertemu dengan mereka. Sebab rumah mereka jauh. Jadi tidak mungkin aku ke sana untuk bermain. Dan kawankupun tak mungkin ke rumahku karena mereka tidak tahu jalan menuju ke rumahku.
Untung aku sempat mencatat nama teman-temanku, sehingga meskipun lupa orangnya tapi aku bisa ingat namanya. Inilah nama-nama temanku yang sekelas denganku sewaktu di MIN JUMBA dahulu.


Temanku yang perempuan adalah : Herlina, Mawarni, Mayyadah, Muliana, Naimatul Aufa, Norazizah, Rusiana, dan Siti Aisyah.
Sedangkan temanku yang laki-laki adalah :  Mahlufi, Muhammad Rudini, Muhammad Rida, Muhammad Faisal Hafiz, Muhammad Fajar Rezeki , dan Muhammad Radi .      

 SERAGAM SDIT IHSANUL AMAL

Setiap sekolah mempunyai pakaian seragam. Sekolah kami di  SDIT IHSANUL  AMAL   pun juga mempunyai pakaian seragam yang berbeda dengan sekolah lainnya.
“Mengapa tidak sama ?”  Kataku suatu hari kepada ayah.
 Kata ayah, tujuannya adalah untuk membedakan sekolah yang satu dengan sekolah lainnya.
Tetapi pakaian seragam utama kami tetaplah sama dengan siswa SD se Indonesia, yaitu baju putih dan celana warna merah. Adapun seragam yang lainnya kami pakai secara bergantian.
Senin dan Rabu kami memakai baju putih celana merah.  Hari Selasa dan Kamis kami memakai baju motif sasirangan berwarna merah. Sedangkan  hari Jum’at kami memakai pakaian olah raga, kadang memakai baju pramuka.


Kami memakai baju sasirangan karena ingin memperkenalkan budaya daerah. Kami senang sekali memakainya karena warna dan motifnya sangat baik.
Oh ya, waktu kelas 2 dahulu pakaian kami adalah baju sasirangan berwarna biru. Keadaannya sudah cukup lusuh, namun tetap aku simpan sebagai kenang-kenangan

Rabu, 06 April 2011


DUA  KALI MASUK RUMAH SAKIT

Sebenarnya aku tidak  akan tahu tentang masa kecilku  kalau ayah dan ibuku tidak bercerita. Tapi karena ayah dan ibuku menceritakan maka akupun menjadi tahu. Banyak yang diceritakan oleh ayah dan ibuku tentang masa kecilku. Salah satunya adalah tentang aku yang pernah masuk rumah sakit.
Kata ibuku aku pernah dirawat di rumah sakit Pembalah Batung Amuntai sebanyak 2 kali. Pertama, adalah ketika aku baru berumur 2 bulan. Dan kedua, adalah ketika aku masih berumur kurang lebih 2 tahun. Kedua-duanya aku diinfus.  Penyebabnya kata ibu adalah aku terserang muntaber.
Muntaber  itu, kata ayahku, adalah muntah-muntah  dan sering buang air besar. Muntaber,  dapat diakibatkan oleh pola hidup yang kurang sehat. Contohnya, kalau makan kita lupa cuci tangan.
Kata ayah lagi, meskipun telah cuci tangan penyakit muntaber dapat saja menyerang siapa saja. Karena kuman penyakit itu beterbangan di udara dan bisa hinggap dimakanan atau ditempat-tempat yang tidak tertutup.


Kata ayah, sewaktu aku sakit dulu, ayah dan ibulah yang setiap hari menunggui aku di rumah sakit. Mereka ingin sekali aku sembuh. Melihat perhatian mereka padaku, terlebih ketika aku terserang sakit, maka betapa bersyukurnya aku mempunyai orang tua yang pengasih penyayang.

LAGU  CIPTAAN  AYAH

Ayahku sering kali melucu. Sehingga membuat aku tertawa. Ayah sering kali bertingkah seperti pelawak. Tidak saja kepadaku tetapi juga kepada kakak dan adikku.
Aku senang sekali karena bisa dekat dengan ayah. Kadang bila ayah diam akulah yang mengganggunya. Sehingga suasana jadi heboh. Kami sering main tebak-tebakan. Pertanyaan ayah lucu-lucu. Aku sering sekali tidak dapat menjawabnya. Tapi bila jawabanku benar pasti ayah mencari jawaban lain supaya aku jadi kalah.
Tapi ayahku sangat baik. Aku, kakak dan adikku selalu dibuatkan lagu sebagai kenang-kenangan. Ayahku seorang yang suka mengarang. Jadi mudah sekali ayahku membuatnya. Salah satu lagu ciptaan ayah yang ditujukan untukku bunyinya begini :
Buah rambutan
Bungkus dikain
Si Ahmad Lutfan
Orangnya rajin

Rajin belajar
Membaca buku
Supaya pintar
Juara Satu

Juara satu
Mendapat buku
Rajin membantu
Disayang ibu

Aku senang lagu tersebut. Bentuknya seperti pantun. Lagu ciptaan ayah yang lain nanti aku ceritakan. Isinya nasehat agar aku rajin belajar dan rajin membantu. Ayahku hebat.

TERJEPIT  di SEPEDA

Banyak pengalamanku yang ingin aku ceritakan. Salah satunya adalah tentang kecelakaan yang pernah aku alami.
Waktu itu, aku masih duduk di TK  Al Ma’arif kelas nol  kecil . Sepupuku  Fadhil juga bersekolah disana. Tapi kami tidak sekelas.
Setiap hari aku diantar oleh ayahku. Kadang naik ojek, Kadang kami berjalan kaki. Asalkan hari tidak panas, ayah mengajakku untuk jalan kaki saja ke sekolah. Karena tidak sampai seperempat  jam kami  sudah sampai kesekolahan.
Dari rumah kami di Paliwara , kami tinggal naik jembatan Paliwara lalu lurus saja hingga sampai ke sekolah. Tapi bila harinya panas, ayah mengajakku untuk naik ojek.  Bila naik ojek lamanya paling 2 menit sudah sampai kesekolahan. Sangat dekat sekali bukan.
Sedangkan pulangnya, yang menjemput kadang kakekku, tapi yang paling sering adalah ibuku. Biasanya ibuku menjemput aku sepulang dari mengajar di MIN Jumba. Jadi kira-kira habis shalat zuhur bersama ayah di langgar Nurul Fajri, ibu datang menjemputku.
Ibu menjemputku hanya dengan bersepeda. Kami tidak mempunyai sepeda motor. Karena tidak ada jalan untuk membawa naik ke rumah. Sedangkan sepeda biasa saja sulit dibawa karena jalannya sangat sempit. Karena Rumah kami terletak di dalam gang yang sangat sempit.


                   
Karena sering diantar memakai sepeda itulah suatu kejadian pernah aku alami. Kakiku terjepit diantara jari-jari roda belakang. Kalau aku tidak berteriak kesakitan dan menangis mungkin ibuku tidak akan tahu. Sepatuku terlepas dan kakiku berdarah. Cepat ibuku berhenti dan membawa aku ba urut ke karias.
Akibat kejadian itu beberapa hari lamanya aku tidak dapat turun kesekolah. Dan akibat itu pula aku sempat takut  bila pulangnya  dijemput naik sepeda.

Senin, 04 April 2011

DISURUH MENULIS ISTIGHFAR


Aku hampir menangis karena tugasku menulis istighfar belum selesai. Padahal esok pagi harus aku perlihatkan pada ustadz.
Menulis istighfar adalah salah satu sanksi yang diberikan kepada kami siswa-siswi SDIT Ihsanul Amal bila kami melakukan suatu kesalahan atau kelalaian.
Aku disuruh menulis istighfar sebanyak 80 kali dibuku tulis. Aku disuruh menulis istighfar tersebut karena aku belum hafal surah yang diminta.
Aku minta pada ayahku untuk menuliskannya, tapi ayahku tidak mau. Kata ayahku aku harus bertanggungjawab sendiri.
“Tulis sampai habis” kata ayah sambil melihat tulisanku.
“Lapah (lelah) bah ai” kataku
“Separuh lagi. Tulis saja kaena (nanti) tuntungai (selesai)” kata ayahku lagi memberi semangat.


Sambil aku menulis, ayah memberi aku nasehat. Kata ayahku kalau disekolah jangan banyak berbicara dengan teman. Perhatikan apa yang dikatakan oleh guru. Jangan mengolok-olok guru. Jangan berkelahi dengan teman. Dan banyak lagi yang dikatakan ayah.
Tidak terasa akhirnya selesai juga aku menulis istighfar. Aku senang sekali. Kelihatannya ayah juga senang aku selesai menulisnya.
Ibuku juga senang aku disuruh menulis istighfar. Kata ibu : “Biar tambah baik tulisannya”.
Ayah dan ibuku sayang padaku karena aku tidak nakal disekolah. Akupun sayang pada mereka berdua.

KETEMU USTADZ MUZAkKIR



Kalau tidak ada hal yang memberatkan biasanya aku selalu shalat berjamaah di langgar Syi’arul Muslimin Paliwara. Terutama sekali shalat ashar, maghrib dan Isya’. Sebab shalat zhuhur telah aku kerjakan di sekolah.
Aku shalat ashar berjamaah di langgar karena setiap sorenya aku mengaji di TPA Syi’arul Muslimin, yang letaknya di belakang langgar. Semua gurunya adalah ibu-ibu. Tidak ada bapak-bapak.
Kami yang laki-laki mengajinya setelah anak perempuan selesai mengaji. Jadi kami pulangnya selalu lebih lambat. Tapi tidak mengapa karena rumahku dekat. Jadi kalau hujan aku dapat pulang sambil berlari menyeberang jalan.
Kalau shalat maghrib dan isya’ lebih sering lagi. Banyak teman-temanku yang juga pergi ke langgar. Setelah selesai shalat biasanya kami berbelanja pentol yang selalu datang bila adzan maghrib berkumandang. Tidak banyak  hanya  Rp. 1000,- 
Setelah selesai  salam shalat maghrib  dan berwirid sebentar, malam minggu tadi, aku baru sadar kalau didepanku ustadz  Muzakkir (guruku di SDIT  Ihsanul Amal)  ikut berjamaah di langgar kami. Selesai shalat aku menyentuh  bahu ustadz dan menyapa beliau. Ustadz segera menoleh dan mengenaliku.
Sedangkan shalat subuh aku shalat dirumah. Gara-garanya aku sulit bangun pagi. Padahal ayahku selalu membangunkan aku pagi-pagi sekali  tapi tetap saja aku sulit bangun. Kadang ayahku marah karena setelah bangun  aku tidak segera mandi atau shalat subuh.
Bagaimanapun juga aku senang  shalat berjama’ah. Do’akan ya agar aku mudah bangun pagi sehingga shalat subuh tidak terlambat lagi.

MEMANCING IKAN




Bila air sungai dalam aku selalu mengajak ayah untuk memancing ikan. Tidak jauh-jauh. Aku memancingnya  cukup dipelataran rumah.
“Bah ! Carikan cacing “ kataku
“Untuk apa” kata ayahku
“memancing”
“Wanilah (beranilah) memegangnya”
“Wani (berani)” kataku

Maka ayahkupun langsung mencarikan cacing di kolong rumah. Setelah menemukan beberapa ekor cacing, ayah kemudian membuatkan aku mata pancing yang terbuat dari kawat yang dibengkokkan. Tujuannya agar tidak berbahaya karena kata ayah aku masih kecil.
Lama sekali aku memancingnya tidak ada juga ikan yang menyambar umpanku. Tapi tiba-tiba saja tali kailku bergerak-gerak tanda ada ikan yang mematuk. Cepat aku angkat  eh.. ternyata benar seekor ikan kecil.


“Hore ! aku dapat ikan’ kataku kegirangan
“ikan apa ngaran (nama) nya, bah “ tanyaku
“ikan sanggi” kata  ayah seraya meminta aku berhati-hati untuk melepaskannya. Sebab ikan sanggi mempunyai panting yang tajam yang dapat melukai tangan saat melepaskan.
Meskipun hanya mendapat satu ekor tetapi hatiku senang sekali.

KAMAR BARUKU




Karena adikku baru lahir, maka aku dibuatkan sebuah kamar baru. Sebelumnya, aku tidur bersama ayah dan ibuku. Sedang kakakku sudah terlebih dahulu mempunyai kamar sendiri.
Kata ayah, seorang anak bila sudah besar harus tidur terpisah dari orang tua.
“Kenapa  bah?” Tanyaku
“Supaya kamu bisa mandiri, Bisa belajar mengatur diri sendiri” jawab ayahku.
Maka akupun dibuatkan kamar baru. Tukang yang mengerjakannya adalah tetangga kami sendiri.
Kamar baruku  tersebut  sebenarnya adalah kamar kakakku yang diperbaiki. Sedangkan kakakku pindah kekamar baru yang dahulunya adalah gudang.
Kamar baruku cukup bagus. Dari kamarku dibuatkan tangga yang dapat terhubung ke loteng. Sedangkan loteng masih belum dijadikan tempat tidur. Kalau kami sudah besar, kata ayah, mungkin loteng itu akan digunakan sebagai kamar.
Di dalam kamar baruku terdapat kasur bertingkat yang bagian bawahnya dapat ditarik dan didorong. Ada  meja belajar, ada juga komputer. Dan dari kamarku dibuatkan  pintu sehingga aku dapat melihat TV yang berada di kamar kakak.
Aku senang sekali bisa mempunyai kamar sendiri. Karena itu adalah kamarku maka akulah yang setiap hari membersihkan dan merapikannya.

ASMA ALLAH SEWAKTU BERENANG




Rumah kami terletak di tepi sungai. Kalau banjir air lebih dahulu masuk ke kolong rumah. Untung rumah kami sedikit agak tinggi, sehingga tidak sampai terendam.
Kata ayah, ditahun 2008, kalau tidak salah bulan agustus terjadi banjir besar di kota Amuntai. Waktu itu umurku baru 6 tahun dan sudah duduk di TK/RA kelas besar.
Aku masih ingat, waktu itu, jalan menuju ke sekolahku di TK terendam air. Banyak anak-anak berenang di jalan yang terendam. Agar tidak berbahaya, waktu itu, sekolah kami diliburkan.
Di rumah, aku berpuas diri mandi di titian di samping rumah yang terendam.  Orangtuaku khawatir kalau aku terseret ke kolong rumah. Karena itulah,  bila Aku mandi selalu diawasi oleh orang tua.
Kulihat ayah beberapa kali memotret aku yang sedang mandi. Aku senang saja. Bahkan aku bergaya dengan menggunakan pelampung pesawat. Kadang ayahku yang menyuruh aku bergaya seperti begini begitu.
Dan beberapa waktu kemudian ayahku mencuci cetak foto yang ada di HP. Tiba-tiba ayahku berkata : “Masya Allah !  Fan,  digambarmu yang sedang mandi ada ombak seperti tulisan Allah ! “
“Mana bah “ kataku.


Mau lihat fotonya ? Perhatikan dengan baik-baik ya !           
Aku langsung melihatnya. Aku senang sekali mengalaminya. Karena jarang sekali atau tidak pernah ada  orang  yang mengalaminya.

MIMPI NENEK




Tiba-tiba saja aku teringat akan nenek. Nenek begitu baik dan sayang sekali padaku.
Tetapi nenekku telah meninggal pada malam jum’at di bulan ramadhan pada tahun 2006 lalu. Saat itu usiaku baru 4 tahun dan masih sekolah di TK/RA Darul Mu’allafin Ma’arif Amuntai.
Bila aku ke rumah nenek. Nenek selalu memberiku makanan. Suatu hari, nenek pernah bercerita pada ayah dan ibuku. Dan akupun mendengarnya.
Kata nenek : “Fan, nini bamimpi melihat ikam (kamu) mengelilingi ka’bah (baitullah)” 




Aku diam saja waktu itu. Sekarang aku mengerti setelah ayah menjelaskannya. Bahwa itu adalah mimpi yang sangat baik sekali.
Bila Ingat nenek aku selalu ingat mimpi tersebut. Aku ingin mimpi itu jadi kenyataan. Karena itulah aku ingin sekali pergi naik haji.