Aku hampir menangis karena tugasku menulis istighfar belum selesai. Padahal esok pagi harus aku perlihatkan pada ustadz.
Menulis istighfar adalah salah satu sanksi yang diberikan kepada kami siswa-siswi SDIT Ihsanul Amal bila kami melakukan suatu kesalahan atau kelalaian.
Aku disuruh menulis istighfar sebanyak 80 kali dibuku tulis. Aku disuruh menulis istighfar tersebut karena aku belum hafal surah yang diminta.
Aku minta pada ayahku untuk menuliskannya, tapi ayahku tidak mau. Kata ayahku aku harus bertanggungjawab sendiri.
“Tulis sampai habis” kata ayah sambil melihat tulisanku.
“Lapah (lelah) bah ai” kataku
“Separuh lagi. Tulis saja kaena (nanti) tuntungai (selesai)” kata ayahku lagi memberi semangat.
Sambil aku menulis, ayah memberi aku nasehat. Kata ayahku kalau disekolah jangan banyak berbicara dengan teman. Perhatikan apa yang dikatakan oleh guru. Jangan mengolok-olok guru. Jangan berkelahi dengan teman. Dan banyak lagi yang dikatakan ayah.
Tidak terasa akhirnya selesai juga aku menulis istighfar. Aku senang sekali. Kelihatannya ayah juga senang aku selesai menulisnya.
Ibuku juga senang aku disuruh menulis istighfar. Kata ibu : “Biar tambah baik tulisannya”.
Ayah dan ibuku sayang padaku karena aku tidak nakal disekolah. Akupun sayang pada mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar