Shalat ‘iedul fitri di mesjid
Tahun ini kata ayah lebarannya tidak serempak. Karena ada yang lebih dahulu melaksanakannya. Ada yang berlebaran pada hari Selasa, ada pula yang merayakannya pada hari Rabu. Aku sendiri mengikuti ayah dan ibu yang berlebaran pada hari Rabu. Kata ayah, kita harus mengikuti apa yang diputuskan oleh ulil amri atau pemerintah.
Tahun ini genap berpuasa 30 hari. Karena tidak lagi berpuasa, aku dapat makan dan minum lagi di siang hari. Senang rasanya bisa merayakan lebaran.
Pagi-pagi sekali aku sudah dibangunkan oleh ayah. Setelah shalat subuh aku kemudian mandi sunat hari raya. Karena shalat ‘Ied di Mesjid dilaksanakan pada pukul 07.00, maka kami jam setengah tujuh kami sudah makan.
Selesai makan aku dan ayah langsung pergi ke masjid. Sedangkan ibu, kakak dan adikku tidak shalat di mesjid, tetapi shalat ‘ied nya di langgar dekat rumah.
Sepulang shalat aku dan ayah langsung menuju ke rumah kakek. Didekat rumah kakek sudah banyak orang berjejer untuk bersalam-salaman. Tahun lalunya juga begitu. Ayah dan akupun ikut juga bersalaman-salaman. Saling memaafkan.
Tidak lama menunggu di rumah kakek, kemudian ibu, kakak dan adikku, serta acil dan sepupu-sepupuku datang berbarengan dari mesjid. Kami pun langsung bermaaf-maafan. Kakek dan nenek duduk dikursi kemudian yang lainnya berkeliling menyalami kakek dan nenek.
Aduhai senang sekali lebaran kali ini. Di rumah kakek banyak sekali kue dan makanan. Aku tidak tahu nama-namanya. Banyak sekali jenisnya. Tapi yang jelas enak-enak, lho.
Warga disekitar rumah juga banyak yang ke rumah kakek. Sebabnya, kata ayah, karena kakek termasuk tetuha di kampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar