MALAM TAKBIRAN
Puasa telah berakhir. Malam tadi tidak ada lagi orang yang shalat tarawih. Kulihat ayah sibuk menakar beras untuk membayar fitrah. Kata ayah, beras fitrah itu akan diserahkan kepada fakir miskin yang ada didekat rumah.
Selesai diniatkan oleh ayah, kulihat ibu dan kakaklah yang mengantarkannya ke orang yang dianggap layak menerimanya. Setelah itu, ayah, aku dan adikku yang bernama Adzkia Amira cepat-cepat pergi berjalan kaki ke rumah kakek. Jaraknya Cuma sekitar 100 meter.
Di rumah kakek, sepupu-sepupuku yang datang dari jauh juga ada. Dari Paringin, dari Tanjung dan dari Banjarbaru. Hanya yang dari Banjarmasin berhalangan datang. Ramai sekali jadinya rumah kakek. Kalau dihitung, jumlah cucu kakek semuanya, termasuk aku, sampai sekarang berjumlah 16 orang.
Dari rumah kakek terdengar suara orang bertakbiran. Tapi suaranya kalah nyaring dengan bunyi suara petasan dan kembang api. Di jalan orang penuh berlalu lalang. Semuanya kelihatan bergembira.
Kami tidak lama di rumah kakek, sebab besok kami tentunya ke sini lagi. Kulihat sepupuku ada yang pergi ke pusat kota tapi ada juga yang memilih tinggal dirumah saja. Akupun tidak pergi kemana-mana, sebab dari rumah kakek kami langsung pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, ibuku sudah menanti di beranda (ambin). Kamipun duduk menyaksikan meriahnya pesta kembang api. Kami sangat jelas sekali menyaksikannya, sebab rumah kami berhadapan langsung dengan tempat pesta kembang api tersebut, hanya dipisahkan oleh aliran sungai. Dari beranda rumah juga dapat aku lihat banyaknya orang yang berlalu lalang dijembatan menuju ke pusat keramaian.
Pokoknya malam takbiran sangat meriah sekali. Langit tampak berwarna warni. Merah, kuning, hijau dengan berbagai bentuk percikan dari petasan dan kembang api.
Selamat hari raya, mohon maaf lahir dan bathin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar