Senin, 12 September 2011

Melihat Tanglong


MELIHAT  TANGLONG
Teman-teman sepermainanku pada ramai membicarakan tentang acara “Tanglong” pada malam 21 ramadhan besok. Sepupu-sepupuku yang kebetulan datang diacara mahaul nenek malam tadi juga senang sekali. Sebab malam besoknya dapat pula melihat acara tersebut.
Kata ayah, acara tanglong tersebut  selalu dilaksanakan setiap tahun pada malam 21 ramadhan (malam salikur). Aku bertanya pada ayah apa maksudnya tanglong itu. Ayahpun menjelaskannya  padaku. Kata ayah, tanglong itu adalah semacam arak-arakan. Adapun yang diarak adalah simbol-simbol yang berhubungan dengan syi’ar agama Islam. Seperti bentuk ka’bah, goa hira, onta, mushaf al-Qur’an dan lain-lainnya.
Akupun ingin sekali menyaksikannya. Belum lagi selesai shalat tarawih dilanggar kami sudah banyak orang yang pergi ingin melihatnya. Selesai tarawih, ayah tiba-tiba mengajakku untuk melihatnya sebentar. Cepat aku mengambil baju jaket agar tidak kedinginan atau masuk angin.
Seperti tahun lalu, ayah tidak mau berdesak-desakan di jembatan ataupun ditempat acara. Ayah selalu mengajakku untuk melihatnya dari tepi jalan didekat rumah kakek ataupun di tepi jembatan. Sebab dari situ kami juga dapat melihat arakan-arakan tanglong tersebut. Kata ayahku, yang penting aman dan dapat melihatnya dengan tidak berdesak-desakan.
Kulihat ayah berkali-kali memotret setiap kelompok tanglong. Tapi hasilnya ternyata gelap karena malam hari. Tapi aku cukup merasa puas. Tahun depan akupun ingin  melihatnya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar