Shalat orang mati
Hari ini, Jum’at, 25 Maret 2011 aku datang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Biasanya setengah dua belas aku baru sampai ke rumah. Tapi karena paman Jani yang biasanya menjemput aku datang lebih cepat ke sekolah, maka akupun lebih cepat diantar pulang.
Adikku senang sekali melihat aku datang. Dia selalu memanggil namaku. Dan seperti biasanya akupun selalu mengajak adikku bermain.
Tiba-tiba ibuku datang dari mengajar dan berkata : “Fan ! Kakeknya Mayyadah meninggal”
“Kakeknya kawan ulun yang di jumbakah ma” tanyaku pada ibu.
“He eh” kata ibuku.
Mayyadah adalah temanku sewaktu kelas I di MIN Jumba sebelum aku pindah ke SDIT. Dia sangat pandai berpidato. Dan baru-baru tadi dia berhasil meraih juara 3 Pildacil. Kebetulan ibuku yang menjadi pendampingnya.
Sedangkan kakeknya aku juga kenal. Karena dia adalah kaum di Mesjid Raya. Suaranya seringkali aku dengar saat melantunkan azan shalat di masjid.
“Bah pian umpat menyembahyangkan kah ?” tanyaku pada ayah setelah ayah shalat sunnat di masjid.
“Insya Allah !”
Dan setelah shalat Jum’at selesai sebagian orang pulang dan sebagian lagi ikut menshalatkan jenazah. Ayah mengajakku untuk shalat jenazah. Akupun mengiringi ayah menshalatkannya.
Sebenarnya aku masih belum tahu bacaannya. Tapi aku tahu cara mengerjakannya. Karena aku telah berkali-kali ikut shalat jenazah.
Kata ayah, bila kita ikut menshalatkan maka kita akan mendapat pahala satu qirath atau satu gunung. Asalkan ikhlas.
Aku senang bisa ikut menshalatkannya. Meskipun aku belum bisa bacaannya, tapi nanti aku akan belajar supaya bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar