Senin, 21 Februari 2011

IKUT GROUP AL-HABSYI

           Di sekolahku SDIT IHSANUL AMAL ada pelajaran pengembangan diri. Setiap siswa wajib memilih di antara beberapa pilihan yang tersedia, seperti kaligrafi, group Habsyi, dan lain-lain.
          Aku bingung mau memilih yang mana. Teman-temanku yang laki-laki hampir semuanya memilih group Habsyi. Ayah dan Ibuku marah ketika aku bermaksud tidak mau mengikuti kegiatan tersebut.
         Ibu kemudian memberi aku petunjuk bahwa tidak ada orang yang bisa terlebih dahulu. Semuanya pasti dimulai dari tidak bisa. Kulihat ayah juga memcari-cari buku diperpustakaan. “kalau mau ikut melukis kaligrafi buku-buku contohnya sudah ada”, kata ayah kemudian menyerahkan buku panduan melukis kaligrafi.
        Tidak lama setelah itu, kata ustadz kami akan mengadakan perayaan maulid nabi di Aula MUI. Aku bersama Zaki dipilih ustadz menjadi pelantun syair-syair maulid. Sedang teman-teman lainnya menjadi pemukul terbang (rebana).
       Agar kami dapat tampil bagus di acara tersebut, kata ustadz kami harus latihan di rumah. Ustadz kemudian menyerahkan 2 lembar kertas yang berisi syair-syair maulid yang akan kami baca. Ya Rabbi Shalli ‘Ala Muhammad dan Thala’al Badru ‘Alaina.
       Aku senang sekali dan ingin sekali dapat tampit bagus di panggung.
KETIKA AKU SAKIT

       Beberapa waktu yang lalu aku sakit. Aku tidak menyangka sama sekali. Padahal pagi-pagi sekali aku sudah berpakaian sekolah. Eh tiba-tiba saja kepalaku pusing sekali.
      Ayah kemudian mengabarkan keadaanku kepada ustadz said al mahfudz melalui HP. Serta memberitahu Om Jani yang setiap hari mengantarkan aku ke sekolah.
      Karena kepalaku pusing, aku tidak merasa kalau sampai ketiduran di kursi. Aku baru terbangun ketika ibu mengajakku ke puskesmas. Semula aku tidak mau. Tapi ayah dan ibuku tetap memaksaku. Aku tahu karena mereka ingin melihat aku sembuh.
      Tak lama kemudian aku dan ibu pergi ke puskesmas untuk berobat. Sesampainya di rumah, ayah langsung mengambilkan air untuk minum obat. Akupun segera meminum obat karena ingin segera sembuh dan bisa kembali bersekolah.
JADI IMAM SHALAT

             Tidak terasa sudah dua tahun aku sekolah di SDIT IHSANUL AMAL. Sekarang aku duduk di kelas tiga. Sebelumnya, kelas satu aku sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jumba. Ibuku kebetulan mengajar di sana. Agar dapat lebih mandiri, mulai kelas dua aku kemudian pindah ke SDIT.
           Aku senang sekolah di SDIT karena banyak pelajaran agamanya. Kami banyak menghafal surah-surah pendek dalam juz ‘Amma. Kami juga menghafal beberapa hadits yang pendek-pendek. Pokoknya capek tapi cukup menyenangkan karena berpahala.
            Karena kami pulang agak lama, maka kami shalat zuhur di sekolah. Ustadz mengajari kami bacaan-bacaan shalat. Aku senang sekali karena sudah hafal bacaan shalat dari niat, takbiratul ihram sampai salam. Seringkali aku ditunjuk ustadz untuk menjadi  imam. Sungguh suatu pengalaman yang tidak pernah aku lupakan.